MENGENAL FESTIVAL TANDUR PARI “SLIKASAN”, PROSESI UPACARA ADAT MENGAWALI MASA TANAM PADI DI DESA PUGO, KECAMATAN BANCAR

Share: Facebook Twitter

Kebudayaan - Kamis (05/01) pagi, masyarakat Desa Pugo, Kecamatan Bancar memenuhi jalan desa. Mereka memakai baju adat, dengan membawa umbul-umbul, cangkul, buah-buahan dan makanan lain, serta padi. Ada pula gundukan yang tersusun dari buah-buahan dan sayuran yang ikut dalam arakan mengelilingi desa, diikuti dengan rombongan tak-takan serta drum band yang menambah kemeriahan.

Kirab budaya yang dilaksanakan dalam rangkaian Festival Slikasan Desa Pugoh ini adalah salah satu prosesi upacara adat setempat, yang dilaksanakan untuk mengakhiri masa tanam padi. Seluruh sesaji dibawa ke sendang desa untuk disucikan dan didoakan, termasuk padi yang akan ditanam. Kemudian dibawa ke sawah untuk ditanam.

Proses menanam diawali dari Jago Tandur atau ketua kelompok tani yang dituakan terdiri dari 4 orang laki-laki dan 2 perempuan. Mereka menanam padi yang telah diarak dan disucikan di sisi pinggir sawah. Selanjutnya, disusul oleh seluruh petani setempat. Setidaknya lebih dari 400 petani mengikuti “tandur” di lahan sawah seluas 1 hektare yang telah disiapkan.

Kepala Desa Pugoh, Kusyanti mengungkapkan, Fetival Slikasan kali ini merupakan yang kedua digelar di desa setempat. Tujuannya untuk memberi ajaran luhur kepada generasi muda dan masyarakat modern saat ini mengenai pentingnya sebuah proses dalam menjalani kehidupan.

“Seperti proses kita membuat nasi dari sebutir beras. Bagaimana bisa menjadi sebuah nasi? Itu memerlukan proses panjang dari mulai menanam padinya,” terang Kusyanti.

Ia juga mengatakan, Slikasan hadir dengan memadukan konsep budaya leluhur zaman dulu dengan era modern. Maksudnya agar mudah diterima oleh generasi saat ini dengan catatan tidak mengurangi nilai luhur yang ada.  

“Kami Pemdes Puguh berusaha untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab dan memiliki atas budaya dan adat kita, sehingga tetap bisa terjaga,” ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, dan Olahraga serta Pariwisata (Disbudporapar) Tuban, M. Emawan Putra dalam kesempatan tersebut mengatakan, ritual adat menanam “tandur” bersama yang dimulai dengan upacara adat bernama Slikasan ini memiliki potensi yang cukup besar untuk menjadi wisata budaya.

Menurutnya, acara ini juga bisa menjawab program OVOP dari Bupati Tuban Aditya Halindra Faridzky, mengenai penggalian potensi desa untuk kemajuan ekonomi.

Diharapkan, dengan Festival Slikasan yang mulai dilaksanakan secara rutin, bisa menjadi pemantik wisatawan luar Tuban untuk berkunjung ke Tuban. “Mudah-mudahan bisa ramai setiap tahun, dan meningkatkan perekonomian desa,” pungkasnya.

Usai prosesi tandur, dilanjutkan dengan arakan menuju kembali ke sendang untuk melaksanakan kenduri, dan makan bersama seluruh masyarakat desa. 

Sumber : tubankab.go.id

Komentar

comments powered by Disqus

Berita Terbaru

Berita Terpopuler